PSYCOPHAT
Bila seorang
penjahat dalam aksi kriminalnya dilakukan dengan keji, kejam dan tak
berperikemanusian maka orang pasti akan memvonis sebagai psikopat.
Tetapi sebenarnya tidak semua pembunuh adalah psikopat dan tidak semua
psikopat pembunuh. Sebenarnya lebih banyak lagi psikopat yang
berkeliaran dan hidup di tengah-tengah masyarakat, bukan sebagai pelaku
kriminal.
Selama ini mungkin tidak disadari psikopat ada di
sekitar kita. Apakah tetangga, teman kerja atau bahkan pasangan serta
anggota keluarga mengalaminya. Penyimpangan perilaku itu adalah sikap
egois, tidak pernah mengakui kesalahan bahkan selalu mengulangi
kesalahan, tidak memiliki empati, dan tidak punya hati nurani. Bila itu
semua ada kecurigaan psikopat layak diberikan.
DEFINISI
Psikopat
adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu dianggap berbahaya dan
mengganggu masyarakat. Istilah psikopat yang sudah sangat dikenal
masyarakat justru tidak ditemukan dalam Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder (DSM) IV. Artinya, psikopat tidak tercantum
dalam daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di lingkungan ahli
kedokteran jiwa Amerika Serikat. Psikopat dalam kedokteran jiwa masuk
dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial. Selain psikopatik, ada
gangguan antisosial, asosial, dan amoral yang masuk dalam klasifikasi
gangguan kepribadian dissosial.
Psikopat berasal dari kata psyche
yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama
dengan skizofrenia karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas
perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati,
pengidapnya seringkali disebut "orang gila tanpa gangguan mental".
Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap
psikopat. Beberapa seorang ahli memprediksi tiga dari 10 laki-laki di
Amerika Serikat dan satu dari 30 laki-laki di Inggris adalah psikopat.
Prediksi ini didasarkan pada penelitiannya, yang sebagian besar
respondennya adalah laki-laki.
Psikopat ditemukan di berbagai
profesi dan kelas sosial, laki- laki dan perempuan. Karena yang
dirugikan oleh kejahatannya tak hanya individu tetapi juga masyarakat
luas, Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang
berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau dirumah sakit jiwa,
pengidapnya juga sukar disembuhkan. Dalam kasus kriminal, psikopat
dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, pemabuk, penjudi, penipu, pelaku
kekerasan dalam rumah tangga, pelaku bunuh diri dan koruptor. Namun,
kasus kriminal itu hanya terjadi pada sekitar 15-20 persen dari semua
penderita psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan
sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar
biasa dan menyenangkan.
PENYEBAB
Sampai saat ini masih
belum diketahui secara pasti penyebab psikopat. Berbagai teori
dikemukakan oleh para peneliti. Teori kelainan struktural otak seperti
penurunan intensitas bagian otak di daerah prefrontal grey matter dan
penurunan volume otak di bagian "posterior hippocampal" dan peningkatan
intensitas otak bagian "callosal white matter". Teori lain adalah
gangguan metabolisme serotonin, gangguan fungsi otak dan genetik yang
diduga ikut menciptakan karakter monster seorang psikopat.
Mungkin
tidak terdapat kerusakan otak sebagai penyebab psikopatik. Tetapi
terdapat anomali dalam cara psikopat memproses informasi. Dalam
penelitian menggunakan MRI melalui pengenalan gambar-gambar kasus bunuh
diri yang tidak menyeramkan. Pada orang non-psikopat terlihat banyak
sekali aktivasi di amigdala sedangkan pada psikopat tidak ada perbedaan
sama sekali. Namun ada peningkatan aktivitas di area lain pada otak
yaitu area ekstra-limbik. Tampaknya psikopat menganalisis materi
emosional di area otak tersebut.
Selain ada anomali di otak,
faktor genetik dan lingkungan juga berperan besar melahirkan karakter
psikopat. Stres atau tekanan hidup yang besar bisa pula merubah perilaku
seseorang menjadi brutal. Namun bila sifatnya sementara, karena ada
pemicu yang masuk akal, maka tidak bisa dikatakan psikopat. Ciri
psikopat sebenarnya bisa dideteksi sejak kanak-kanak melalui berbagai
perilaku yang tidak biasa. Perilaku antisosial pada anak-anak ternyata
merupakan warisan genetik. Penelitian terhadap anak-anak kembar
menunjukkan, anak menunjukkan kecenderungan psikopatik dini. Penelitian
tersebut dilakukan terhadap 3.687 pasang anakkembar berusia tujuh tahun.
GEJALA PSIKOPAT
Terdapat
tiga ciri utama yang biasanya melakat pada seorang psikopat, yakni
egosentris, tidak punya empati, dan tidak pernah menyesal. Terdapat
sepuluh karakter spesifik psikopat. Di antaranya adalah tidak memiliki
empati, emosi dangkal, manipulatif, pembohong, egosentris, pintar
bicara, toleransi yang rendah pada frustasi, membangun relasi yang
singkat dan episodik, gaya hidup parasitik, dan melanggar norma sosial
yang persisten. Seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit,
memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan
kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.
Sejumlah penelitian
menunjukkan, psikopat lebih suka menyiksa pasangan daripada membunuhnya.
Dari sekian banyak pembunuhan dalam rumah tangga, hanya 2% yang
pelakunya benar-benar seorang psikopat. Para psikopat umumnya tidak
menyesal setelah melakukan aksinya. Hanya sedikit psikopat yang menyesal
lalu memutuskan bunuh diri. Dari 2% psikopatyang melakukan pembunuhan,
seperempatnya melakukan bunuh diri.
Selengkapnya gejala psikopat adalah sebagai berikut :
1. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada
waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan
dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan
tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal
kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah
menyerang orang hanya karena hal sepele.
2. Sering berbohong,
fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara,
secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi,
psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan
lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif,
dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya
dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu
fakta.
3. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan
emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka
juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan
dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut
kering, tegang, gemetar -- bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena
itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".
4. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
5. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat
mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat
tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
6. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
7. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
8. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
10. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
11. Sikap antisosial di usia dewasa.
DIAGNOSIS
Tidak
mudah mendiagnosa psikopat. Mencocokan kepribadian pasien dengan 20
kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan ini dilakukan dengan
cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan
korban, atau pengamatan prilaku pasien dari waktu ke waktu. Pemeriksaan
elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal
ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron
emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan
pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak
di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal
dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian. Wawancara
menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang
dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial. Dilakukan
pengamatan perilaku dan kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien
15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan. Pemeriksaan
psikotes untuk menilai tingkat kecerdasan. Psikopat biasanya memiliki IQ
yang tinggi.
MMPL (Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
adalah metode yag selama ini digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan
jiwa secara umum, termasuk psikopat. Namun MMPLmasih mempunyai
kelemahan. Tidak sulit bagi seorang psikopat yang cerdas untuk
merekayasa laporan dan berbohong. Akhirnya dikembangkan Psychopathy
Checklist (PCL) dan versi revisinya Psychopathy Checklist-Revised
(PCL-R), untuk penilaian secara valid dan benar tentang psikopat. PCL-R
merupakan metode yang sudah dilengkapi dasar-dasar interview
semi-struktural dengan seseorang yang dicurigai sebagai psikopat,
bersama-sama diolah dengan berbagai informasi tentang orang tersebut.
Penilaian ditentukan dengan skala, mulai dari 0 artinya tidak ada
insikasi psikopat hingga 2 yang artinya seseorang positif memiliki
karakter psikopat. Total skor adalah 40, dan seseorang didiagnosa
psikopat jika dia memiliki skor antara 30 hingga 40. Pada beberapa
kasus, skor 25 juga sudah dikategorikan psikopat.
Terdapat
sekitar 20 kriteria dalam PCL-R dalam menegakkan diagnosis psikopat. Di
antaranya sebagai berikut : persuasif dan memesona di permukaan,
menghargai diri yang berlebihan, butuh stimulasi atau gampang bosan,
pembohong yang patologis, menipu dan manipulatif, kurang rasa bersalah
dan berdosa, emosi dangkal, kasar dan kurang empati, hidup seperti
parasit, buruknya pengendalian perilaku, longgarnya perilaku seksual,
masalah perilaku dini (sebelum usia 13 tahun), tidak punya tujuan jangka
panjang yang realistis, impulsif, tidak bertanggung jawab atas
kewajiban, tidak bertanggung jawab atas tindakan sendiri, pernikahan
jangka pendek yang berulang, kenakalan remaja, melanggar norma dan
keragaman kriminal.
Alat diagnosis lain yang digunakan
berdasarkan teori yang sudah eksis (metode deduksi) adalah Primitive
Defense Guide, Rorschach, ToM (Theory of Mind), SCT (Sentence Completion
Test) dan NEO PIR.
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN
Pada
dasarnya, psikopat tidak bisa diterapi secara sempurna tetapi hanya bisa
terobservasi dan terdeteksi. Untuk tahap pengobatan dan rehabilitasi
psikopat saat ini baru dalam tahap kopleksitas pemahaman gejala. Terapi
yang paling mungkin adalan non obat seperti konseling. Namun melihat
kompleksitas masalahnya, terapi psikopat bisa dikatakan sulit bahkan
tidak mungkin. Seorang psikopat tidak merasa ada yang salah dengan
dirinya sehingga memintanya datang teratur untuk terapi adalah hal yang
mustahil. Yang bisa dilakukan manusia adalah menghindari orang-orang
psikopat, memberikan terapi pada korbannya, mencegah timbul korban lebih
banyak dan mencegah psikopat jangan berubah menjadi kriminal.
Psikopat
salah satu perilaku menyimpang yang banyak ditakuti masyarakat
sebenarnya selama ini banyak terdapat disekitar kita. Sekitar 1 dari 100
orang di dalam masyarakat adalah psikopat. Hampir seperlimanya akan
berperilaku kriminal seperti pembunuh, pemerkosa, koruptor, pemabuk,
atau penjudi. Mungkin salah satunya akan berpotensi menjadi "monster
penjagal manusia". Bila deteksi dini gangguan perilaku pada anak dan
pendekatan lingkungan dilakukan dengan baik, maka idealnya psikopat
tidak akan berubah menjadi kriminal.
Beberapa penelitian faktor
lingkungan juga sangat berpengaruh. Lingkungan tersebut bisa berupa
fisik, biologis dan sosial. Tetapi kebanyakan orang-orang beresiko
biasanya memasuki lingkungan yang sama yang berpotensi terjadinya
kejahatan tersebut. Faktor lingkungan fisik dan sosial yang beresiko
berkembangnya seorang psikopat menjadi kriminal adalah tekanan ekonomi
yang buruk, perlakuan kasar dan keras sejak usia anak, penelantaran
anak, perceraian orang tua, kesibukan orangtua, faktor pemberian nutrisi
tertentu, dan kehidupan keluarga yang tidak mematuhi etika hukum, agama
dan sosial. Lingkungan yang beresiko lainnya adalah hidup ditengah
masyarakat yang dekat dengan perbuatan criminal seperti pembunuhan,
penyiksaan, kekerasan dan lain sebagainya.
Sedangkan lingkungan
biologis salah satunya yang saat ini banyak diteliti adalah pola makan
apakah berpengaruh terhadap tindak kriminal tersebut. Adanya penelitian
yang dilakukan Peter C dkk tahun 1997 cukup mengejutkan. Didapatkan
kaitan diet, alergi makanan, intoleransi makanan dan perilaku kriminal
di usia muda cukup menjadi informasi dan fakta ilmiah yang menarik dan
sangat penting, Meskipun demikian masih belum dapat dijelaskan mengapa
beberapa faktor tersebut berkaitan.Terdapat beberapa faktor resiko untuk
terjadi tindak kekerasan dan kriminal tersebut seperti agresifitas,
emosi, impulsifitas, hiperaktif, gangguan tidur dan sebagainya. Ternyata
banyak faktor resiko tersebut juga terjadi pada penderita alergi.
Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup
berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh
kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka
timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan
konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, gangguan konsentrasi,
impulsifitas hingga memperberat gejala penderita Autism dan ADHD.
Bila
faktor genetik, gangguan fungsi otak, dan diikuti oleh lingkungan
fisik, biologis dan sosial yang negatif maka tindak kriminal pada
penderita psikopat lebih gampang terjadi. Sehingga sangatlah penting
untuk mengetahui faktor resiko dan gangguan perilaku pada usia anak
untuk dilakukan pencegahan sejak dini.
keren!!!! saya suka dilihat dari gejala saya cenderung ke no 3 apakah saya phsychopat juga?
MP/SP Multi personality / split personality / kepribadian ganda
ada 4 jenis dissociative disorder, yaitu:
1. dissociative amnesia
2. dissociative fugue
3. depersonalization disorder
4.
dissociative identity disorder (DID) <--- dulu istilah yang dipake
adalah multiple personality disorder (MPD), tapi sekarang udah diganti
ke DID
karakteristik secara umum untuk semua penyakit ini adalah :
'perubahan' identitas seseorang, memori, ataupun kesadaran. orang yang
menderita penyakit2 ini ngga bisa mengingat kejadian2 penting atau
mungkin lupa identitas diri sementara, atau malah 'membuat' identitas
baru.
untuk jenis pertama, orang yang menderita dissociative
amnesia tidak bisa mengingat informasi tentang dirinya sendiri, biasanya
terjadi setelah mengalami kejadian yang stressful. walau informasi itu
bukannya hilang sama skali, tapi dia tidak bisa mengingatnya pada saat
lagi amnesia. note: ini tidak sama dengan masalah 'pelupa' yang biasa
dialami orang2. penderita biasa tidak mengenali keluarga maupun temen,
tapi masih mempunyai kemampuan berbicara, membaca, maupun kemampuan2
lain dulunya. amnesia ini bisa berlangsung selama beberapa jam sampe
beberapa tahun.
kedua, dissociative fugue, penyakit 'lupa' yang
lebih parah dari dissociative amnesia. penderita bukan hanya menjadi
amnesia, tapi juga tiba2 meninggalkan rumah maupun pekerjaannya, dan
kemudian 'membentuk' identitas baru. orang ini bisa aja mengambil nama
baru, rumah baru, pekerjaan baru, bahkan kepribadian baru. penyakit ini
biasanya terjadi setelah orang itu mengalami tekanan yang hebat,
misalnya pertengkaran keluarga, kesulitan dalam pekerjaan, peperangan,
atau musibah alam. biasanya penyakit ini bisa sembuh total, dan waktu
penyembuhannya bisa sangat bervariasi. dan setelah sembuh, orang ini
tidak ingat apa yang terjadi selama dia mengalami fugue
ketiga,
depersonalization disorder, di mana penderita 'mengubah' pandangan
maupun pengalaman dirinya. jenis penyakit ini agak lain dengan penyakit
dissociative yang lainnya, karena depersonalization tidak mengalami
gangguan dengan ingatan. biasa penyebabnya adalah stress, dan penderita
bisa tiba2 kehilangan kepribadiannya. mereka merasa seperti berada di
luar badan, dan seakan2 memperhatikan diri mereka sendiri dari jauh.
mereka bergerak seakan2 hilang kesadaran dengan realitas. gejala yang
sama juga kadang terjadi di beberapa penyakit lain, seperti
schizophrenia, panic attacks, posttraumatic stress disorder, maupun
borderline personality disorder. penyakit ini biasanya bermula dari saat
remaja, dan berlansung cukup lama. penyakit ini juga cukup sering
terjadi bersamaan dengan disorder lainnya.
kadang
kala kita memang merasa seperti bukan menjadi diri sendiri, tapi hal ini
adalah normal dan bukan brarti menderita multiple personality.
menurut
DSM-IV, diagnosis yang benar untuk dissociative identity disorder (DID)
adalah jika seseorang itu mempunya 2 ego yang berbeda (alter ego), di
mana masing2 ego mempunyai perasaan, kelakuan, kepribadian yang exist
secara independent - dan 'keluar' dalam waktu yang berlainan. biasanya
ada 1 kepribadian utama, dan penyembuhan penyakit ini biasa dilakukan
pada alter utama. pada umumnya, ada 2 - 4 alters pada saat seseorang
ter-diagnosa, dan cukup sering ada alter2 lainnya lagi yang muncul pada
saat treatment.
gap dalam ingatan juga biasa terjadi karena dari
satu alter dengan alter lain tidak berhubungan; dalam arti, alter A
tidak mempunyai ingatan alter B itu seperti apa, atau mungkin malah
tidak tau tentang keberadaan alter B. keberadaan alter yang berbeda
harus kronik (long lasting / berlangsung lama), dan menyebabkan gangguan
dalam kehidupannya. (jadi bukan gara2 mengambil obat tertentu,
misalnya)
masing2 alter bisa cukup kompleks, dengan tingkah laku,
ingatan, relationship yang tersendiri. biasanya kepribadian2 ini
berbeda atau malah saling bertolak belakang. mereka bisa aja mempunyai
pikiran sendiri, pake kacamata dengan degree yang berbeda, atau alergi
terhadap substances yang berbeda. alter utama maupun yang subordinate
masing2 sadar akan 'waktu yang hilang' (memory gap), malah kadang suara
alter yang satu (A) bisa 'masuk' ke alter yang lain (B), walo alter itu
(B) tidak tau/sadar asal suara itu dari siapa.
DID biasanya
bermula dari saat kecil, tapi jarang ter-diagnosed sampe saat dewasa.
penyakit ini jauh lebih rumit dibandingkan penyakit dissociative yang
lain, dan kadang tidak bisa disembuhkan secara total. penyakit ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. cukup sering DID disertai
penyakit lain, misalnya depression, borderline personality disorder,
dan samatization disorder. penderita juga biasanya mengalami sakit
kepala, substance abuse, fobia, halusinasi, percobaan bunuh diri, begitu
juga dengan gejala dissociative lainnya seperti amnesia dan
depersonalization.
kasus2 DID kadang di-misunderstood sebagai
schizophrenia. schizo berasal dari bahasa yunani, yang berarti
"splitting away from"; sehingga hal ini menyebabkan kebingungan. padahal
split personality ini cukup berbeda dengan gejala2 yang ditemukan dalam
schizophrenia.
asal usul DID (dissociative identity disorder)
ada
2 teori utama tentang DID. yang satu mengatakan bahwa DID bermula sejak
kecil, akibat kekerasan fisik atau sexual yang parah (abuse). kekerasan
ini menyebabkan terpisahnya dan terbentuknya alter sebagai pelarian
dari trauma. tapi berhubung tidak semua orang yang mengalami kekerasan
semasa kecil menderita DID, maka kemudian dikatakan bahwa mungkin ada
hal lain yang hadir di antara mereka yang menderita DID. ada satu ide
yang mengatakan bahwa tingginya hypnotizability
(mudahnya-seseorang-dihipnotis; note, brarti orang itu mempunyai tingkat
sugesti yang tinggi) mempermudah pembentukan alters melalui
self-hypnosis. ide lain adalah, orang yang menderita DID sangat mudah /
cenderung terlibat dalam fantasi.
teori lain menganggap DID
sebagai perwujudan social role yang dipelajari (role-enactment). alter
yang muncul saat dewasa, biasanya disebabkan oleh suggestion dari
therapist. DID tidak dilihat sebagai 'penipuan' kesadaran dalam teori
ini; masalahnya bukan di 'apakah DID ini real ato ngga', tapi dari segi
sebrapa terbentuk dan pemeliharaannya. (sorry, saya agak kesusahan
menerjemahkan bagian ini)
Spano ber-ide bahwa DID itu hanyalah
role-play. satu contoh, survey yang dilakukan di switzerland menemukan
bahwa 66 persen dari diagnosis DID berasal dari kurang-dari 10 persen
psychiatrists yang merespon. mungkin dikarenakan para psikiater2 ini
mempunyai kriteria yang longgar / berbeda dalam mendiagnosa DID.
sumber
informasi lain... sebuah studi dilakukan setelah sebuah kasus di
pengadilan pada tahun 80an tentang pembunuh bersiri di california, yang
dikenali sebagai Hillside Strangler. ( si tertuduh, Ken Bianchi,
mengatakan bahwa dia tidak bersalah karena pengalami penyakit jiwa, dan
dikatakan bahwa yang melakukan pembunuhan itu merupakan alternya, Steve.
pembunuh ini gagal membuktikan bahwa dia menderita DID).
dalam
study tersebut, (saya tidak jelasin detail2 / cara2 eksperimennya,
soalnya banyak kalimat yang susah diterjemahin), terlihat bahwa orang
bisa membuat kepribadian baru, jika kondisi menuntut demikian. Spano
mengatakan bahwa beberapa orang yang menunjukkan multi-kepribadian ini
bisa aja mempunyai tingkat berfantasi yang tinggi dan selalu berkhayal
bahwa mereka adalah orang lain, terutama ketika, seperti Bianchi, dalam
keadaan di mana suatu hal yang salah terjadi sehingga menyebabkan mereka
berkelakuan seakan2 hal itu dilakukan oleh kepribadian lain. tapi
ingat, studi ini hanya menggambarkan bahwa role-playing bisa aja terjadi
(possible); bukan brarti penyebab multi-kepribadian adalah karena ini.
lagipula, DID merupakan penyakit yang kompleks, dimana ada gejala2 lain
seperti halusinasi, hilang ingatan, dan depersonalization. dalam studi
role-playing, tidak ada satupun gejala2 ini yang hadir.
satu hal
yang penting tentang dua teori ini adalah, apakah DID bener2 terbentuk
sejak kecil karena kekerasan? ketika penderita DID memulai terapi,
mereka biasanya tidak sadar akan keberadaan alter2nya. tapi seiring
waktu terapi, alters muncul dan pasien melaporkan bahwa alternya memang
bermula dari masa kecil. tapi, tidak ada bukti kuat tentang hal ini,
lagipula self-report yang ngga meyakinkan tidak diterima. hal yang sama
mengenai kekerasan fisik dan sexual: banyak kasus yang dilaporkan, tapi
masih tidak meyakinkan.
akan tetapi ada satu study lagi, yang
memberikan data cukup jelas mengenai masa kecil dan kekerasan dalam
kasus DID, (walo studi ini dikritik oleh teori role-enactment). dalam
studi ini, yang mana dilakukan dalam waktu lebih dari dua dekade, 150
narapidana / pembunuh dipelajari secara mendetail. 14 kasus DID
ditemukan. 12 dari 14 kasus menunjukkan bahwa gejala DID sudah ada jauh
sebelum mereka dimasukkan ke penjara, 9 mengalami halusinasi
pendengaran, 10 mengalami bayangan (yang mana merupakan laporan yang
cukup umum di antara penderita DID). masing2 gejala juga diperkuat
buktinya dengan at least 3 bukti luar (misalnya, interview dengan
anggota keluarga, guru, staff di penjara). Selain itu, beberapa kasus
menunjukkan beberapa gaya menulis yang sangat berbeda, jauh sebelum
dimasukkan ke penjara. (kapan2 kalo sempat scan, ntar saya attach gambar
tulisan2 mereka yang sangat berbeda dari segi gaya, walaupun ditulis
oleh satu orang yang sama)
dan hal penting lainnya dalam study
ini adalah 11 kasus menunjukkan adanya kekerasan fisik dan sexual ketika
masa kecil. hal ini diconfirm oleh sumber2 luar, dan bukti fisik yang
nyata seperti tanda luka (scar), misalnya luka bakar dll. data2 ini
cukup mendukung teori bahwa DID memang berasal dari masa kecil dan
berhubungan dengan extreme stress.
kontroversi dalam mendiagnosa DID
DID
pertama dikenali sekitar abad ke19. dalam sebuah review literatur,
Sutcliffe dan Jones mengidentifikasi 77 kasus, dan rata2 terlapor dalam
periode antara 1890 - 1920. setelah itu, laporan tentang kasus DID
menurun sampai tahun 1970, yang kemudian meningkat lagi.
apa yang
menyebabkan muncul kembalinya diagnosis DID dalam 25 tahun terakhir?
one possible explanation tentang meningkatnya kasus DID adalah DSM-III,
yang mana dikeluarkan pada tahun 1980, dan kriteria mendiagnosa DID
pertama kalinya dijelaskan. (note: DSM = Diagnostic and Statistical
Manual, dikeluarkan oleh American Psychiatric Association... dsm
merupakan 'manual' tentang pengkategorian beserta kriteria2 dalam
mendiagnosa penyakit2 jiwa)
Tapi mungkin juga karena orang2 mulai
terbiasa / mengerti tentang DID, atau mungkin para psikiater biar
menemukan kasus yang mirip, tapi langsung melaporkan sebagai DID,
apalagi sejak penyakit ini semakin menarik perhatian. atau, menurunnya
kasus / diagnosa DID tahun2 sebelumnya disebabkan oleh popularitas
tentang konsep schizophrenia; kasus DID bisa aja disalah-diagnosa
sebagai kasus schizophrenia. Tetapi, gejala2 dari dua penyakit ini
sebenarnya cukup berbeda; walaupun suara2 alters yang didengar mungkin
merupakan halusinasi auditori (pendengaran), tetapi pasien DID tidak
menunjukkan gejala thought disorder maupun behavioral disorganization
seperti dalam schizophrenia. isu diagnostic lainnya adalah, bahwa dalam
DSM-III, tidak ada kriteria bahwa alters itu amnestic dengan satu sama
lain, sehingga meningkatkan kemungkinan diagnosis yang bisa diapply ke
orang2 yang mengalami berbagai masalah behavior lain yang juga hadir
dalam penyakit jiwa yang lain.
faktor lain yang mungkin
meningkatkan diagnosis DID adalah publikasi tentang Sybil pada tahun
1973, yang mana menunjukkan kasus dramatic tentang 16 kepribadian. kasus
ini menarik perhatian yang besar dan menyebabkan banyak sekali orang
yang semakin tertarik tentang penyakit ini. beberapa kritik menyimpulkan
bahwa perhatian yang berlebihan tentang ini menyebabkan beberapa ahli
therapist men-sugesti bahwa clientsnya menderita DID. Cukup jelas bahwa
di masa era setelah-sybil, jumlah alters meningkat drastis, dari 2-3,
hingga lebih dari 12.
Tolong sy,suami sy psikopat tp sy yakin dy bs sembuh tolong sy harus kmana sy memnta pertolongan agar suami sy bs sadar n sembuh.
BalasHapus